Foto : Rasidin Pimpinan Pondok Pesantren Ponpes Alhasani Ma’rif, Desa Otak Rarangan Kecamatan Wanasaba Lombok Timur (Lotim) |
Lombok Timur - Antisipasi masuk dan berkembangbiaknya faham intoleran serta radikalisme Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) khususnya di Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Pimpinan Pondok Pesantren Ponpes Alhasani Ma’rif, Desa Otak Rarangan Kecamatan Wanasaba Lombok Timur (Lotim) Rasidin meminta keterlibatan semua pihak.
"Untuk menangkal faham tersebut, dibutuhkan keterlibatan dan peran aktif semua pihak" Ungkapnya pada media ini, Kamis (24/03/22).
Ia menegaskan, faham radikalisme merupakan ajaran sesat tidak sesuai dengan ajaran islam. Karena radikalisme atau intoleran, selalu mengadakan perubahan yang bersifat ekstrem, tidak menafsirkan ayat Alquran dengan sebenar-benarnya. Berbeda dengan faham Ahlussunnahwaljamaah ada takwilnya, ada ijma dan qiyasnya.
Buktinya faham intoleran ini dilihat di media massa, fanatik terhadap isi doktrin atau ajaran sangat luar biasa, dengan mudah mengkafirkan orang yang tidak satu keyakinan atau tidak sepaham dengan ajaran yang dianutnya. Padahal, islam mengajarkan saling menghormati, menghargai dan penuh dengan persaudaraan. Sedangkan faham radikalisme ini, ia sendiri tidak melihat seperti apa yang ada dalam ajaran islam yang sejati.
“Faham radikalisme atau intoleran ini, sangat merusak keyakinan dan merugikan islam sendiri,”tegasnya.
Disebutkan, setiap pertemuan di majelis taklim, jamaah Nahdlatul Ulama(NU), atau pun dikalangan santrinya, selalu menyampaikan bahayanya faham radikal tersebut. Beberapa pemahaman yang diberikan pada jamaah, atau masyarakat umumnya, selalu ditanamkan bahwa faham radikal tersebut tidak sesuai ajaran islam.
"Contohnya ada salah satu faham yang berkembang tidak saja di NTB, terdapat jamaahnya yang pernah ikut dalam faham tersebut, dan selama dua tahun mengikutinya merasa tidak tahu apa yang diikutinya itu, sebab segala bentuk amalan dilakukan, selalu dianggap salah seperti tahlil, membaca salawat, dan lainnya" Imbuhnya.
Setelah mengikuti pengajian ditempatnya lanjut Rasidin, banyak amalan harus dilaksanakan sehingga menurut jamaah tersebut bahwa apa yang diterima setelah di pondok pesantrennya adalah cocok untuknya.
“Kita semua baik tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pemerintah, harus menanamkan jiwa nasionalisme pada masyarakat awam. Memberikan pahaman agar berpikir terbuka, menjadi orang toleran, dan sebagainya,”tandasnya.
"Kita juga harus waspada dari provokasi dan hasutan orang yang menganut faham radikal. Tetap menjaga perdamaian, adalah bagian dari cara kita menangkalnya, demi agama dan kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),”tambah rasidin.
Ia mengungkapkan, salah satu penyebab faham radikalisme selain karena pemahaman agama yang masih minim, juga karena berbeda pemahaman. Baginya, berbeda pemahaman itu bukanlah sebagai perpecahan, tapi sebagai anugerah. Seperti halnya sebuah bunga, jika hanya satu warna maka kurang begitu bagus, tapi kalau bermacam warna, tentu akan lebih indah.
“Pemahaman seperti bunga berwana inilah yang harus ditanamkan. Perbedaan itu adalah rahmatanlilalamin, tidak boleh dijadikan sebagai alat perpecahan,”lugasnya seraya mengatakan, kalau ada da’i yang melakukan dakwah melibatkan orang banyak atau secara perorangan, isi dakwahnya harus di filter.
Lebih jauh diungkapkan, metode dakwah untuk masyarakat awam, menurutnya harus seperti melaksanakan pendidikan disekolah. Jika mengunakan metode sekolah, artinya sebelum memberikan pembelajaran pada siswa, harus ada Rencana Program Pembelajaran (RPP), kemudian setelah itu baru kita laksanakan didalam kelas. Tidak boleh keluar dari rencana itu. Bila keluar dari rencana tersebut, maka akan dicap sebagai guru yang tak bisa mengajar.
“Itu contoh dalam ilmu pendidikan, yang bisa diterapkan dalam dakwah. Melaksanakan ajaran islam secara moderat. Yang terpenting, bagaimana agar kita tidak mudah terprovokasi dengan faham intoleran, tidak mudah serta-merta meyakini ajaran faham radikal, yang dapat merusak islam dan kesatuan NKRI,”tandas Rasidin yang membina sekitar 200 santri mulai dari Paud, hingga madrasah aliyah ini.
Pada kesempatan itu, ia mengajak umat islam agar bersatu, tidak menunjukkan perbedaan tapi harus menunjukkan ikatan yang kuat, untuk sama-sama menjaga NKRI dan kondusifitas wilayah. “Jangan mudah terhasut, diprovokasi serta diajak pada hal-hal yang negatif,”pungkasnya mengajak. (red)