Foto : Kampanye LRC 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan dan anak di SMPN 1 Masbagek |
Lombok Timur - Masih
tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Lombok Timur
menjadi salah satu alasan Lombok Research Center (LRC) melakukan Kampanye dan Aksi Kolektif Peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) dan
Hari Disabilitas Nasional. Kampanye dan aksi tersebut dilakukan di SMPN 2
Masbagik Lombok Timur, Sabtu (3/12/2023).
Acara dimulai dengan menampilkan beberapa kegiatan seni
dari hasil karya anak-anak SMPN 2 Masbagik. Penampilan yang pertama yaitu
gendang beleq anak-anak yang merupakan hasil karya ektrakurikuler. Penampilan
kedua yaitu tarian pancasila yang merupakan kreasi langsung dari anak-anak SMPN
2 Masbagik.
Tarian ini menampilkan sekitar 70 anak-anak dari berbagai kelas. Dan penampilan
yang terakhir yaitu tembang sasak yang isinya merupakan suatu nasihat orang tua
kepada anaknya bagaimana menjalankan hidup di dunia ini dengan menjaga sikap
dan budi pekerti.
Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Timur, M. Juani Taofik saat membuka kegiatan
ini, menyampaikan bahwa saat ini memang angka kekerasan
terhadaap
perempuan dan
anak di Lombok Timur masih cukup tinggi. Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
(DP3AP2KB) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyebutkan pada 2021 terdapat
205 kasus kekerasan terhadap anak terjadi di Kabupaten Lombok Timur.
Lombok
Timur menyumbang 34 persen dari 598 kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di
Provinsi NTB. Dari 205 kasus kekerasan terhadap anak, terdapat 11 persen (23
kasus) diantaran berupa kekerasan seksual terhadap anak. Untuk itu kerja-kerja
kolaborasi semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD), NGO dan privat sector harus
terus dilaksanakan. Karena anak merupakan generasi penerus bangsa.
“Kerja-kerja
kolaborasi semua pihak harus terus dilakukan untuk menekan tingginya angka
kekerasan terhadapa perempuan dan anak di Lombok Timur. Ungkap Juani Taofik.
Kampanye yang dilakukan menghadirkan Kepala Dinas
Kesehatan Bapak Fathurrahman. Kadis Kesehatan Lombok Timur tersebut menekankan
agar sejak dini mulai dari sekolah, anak-anak harus menghilangkan dan dengan
tegas untuk tidak melakukan kekerasan terhadapa anak. Anak harus sehat secara
fisik dan mental agar generasi kedepannya menjadi generasi unggul. Tidak hanya
itu, selain kekerasan terhadap anak, sejak dini juga harus kita stop perkawinan
anak. Karena perkawinan anak ini merupakan salah satu penyebab angka stunting
di Kabupaten Lombok Timur.
“Selain penghapusan kekerasan terhadap anak. Kita juga
harus memerangi bersama perkawinan anak ini. Dan harus mulai dari sekolah.
Karena perkawinan anak merupakan salah satu penyebab tingginya stunting di
Lombok Timur” Ungkap Fathurrahman.
Manager program Inklusi Lombok research Center (LRC) Baik
Titis Yulianty juga menegaskan bahwa Dalam Pelaksanaan Program tersebut fokus utama
dititikberatkan pada penghapusan kekerasan terhadap Perempuan dan Anak serta
mendorong pelayanan perlindungan sosial yang inklusif. Upaya-upaya untuk
mendorong pemabngunan yang inklusif terus dilakukan dengan menjalin kemitraan
dengan berbagai pihak.
Salah
satu bentuk LRC dalam pelaksanaan program tersebut adalah dengan melakukan aksi
kolektif dengan berbagai pihak dalam mengkampanyekan penghapusan kekerasan
terhadap anak terutama dilingkungan sekolah. Kekerasan terhadap perempuan dan
anak yang dimaksud didalamnya termasuk perkawinan anak yang sejauh ini masih
cukup tinggi di Kabupaten Lombok Timur.
Dalam
Aksi kolektif ini merupakan kolabaris antara Lombok Research Center (LRC)
dengan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan
dan SMPN 2 Masbagik. Pemilihan SMPN 2 Masbagik sebagai lokasi kegiatan ini
didasarkan atas beberapa pertimbangan, diantaranya adalah sekolah tersebut
merupakan salah satu sekolah yang berada di Lokasi Program dengan zonasi yang
ada beberapa desa dampingan menjadi wilayah cakupan peserta didiknya. Selain
itu, Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang peserta didiknya
berasal dari komunitas wetu telu.
Baiq
Titis Yulianty juga mengatakan bahwa tujuan kegiatan
hari ini yaitu untuk Meningkatkan pengetahuan siswa tentang bentuk kekerasan,
Meningkatnya pengetahuan siswa tentang resiko pernikahan usia anak dan Komitmen
bersama penghapusan kekerasan terhadap anak.
“Kegiatan ini juga dirangkai dengan
penandatanganan kerjasama dengan 5 Dinas terkait keberlanjutan program Inklusi
pada tahun depan” Ungkap Titis Yulianty.
Di penghujung acara, semua kepala dinas
memberikan semacam pertanyaan atau quis kepada anak-anak terkait dengan pengetahuan
dan materi yang disampaikan oleh kepala dinas Kesehatan tadi. Anak-anak yang
mampu menjawab akan diberikan semacam hadiah sebagai penyemangat agar mau
belajar lebih giat lagi. (INTB)