Komite SMK 3 Selong Apresiasi DAK Fisik Dengan Sistim Swakelola Tipe 1

 

Foto : Komite dan Kepala Sekolah SMK N 3 Selong memeriksa hasil pembangunan ruang belajar baru.

Lombok Timur - Persoalan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan tehnis pengerjaan Swakelola Tipe 1 atau menggunakan suplayer sebagai pihak ketiga  penyuplai bahan bangunan, mendapat keritikan keras dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pemerhati pendidikan di Lombok Timur.

Menanggapi keritikan tersebut, ketua komite SMK 3 Selong Huzaefah justru mengapresiasi tehnis swakelola Tipe 1 ini. Menurutnya tehnis ini juga disebut sebagai swakontrol, sehingga kepala sekolah dengan perangkatnya berperan sebagai kontrol dari proyek tersebut. 

Dengan tehnis swakelola sebelumnya Kepala Sekolah dan perangkatnya yang justru sibuk mengerjakan proyek. Mereka sendiri yang mencari dan belanja bahan bangunan, sehingga jam mengajar guru tidak efektif yang berdampak pada terbengkalainya proses belajar mengajar. 

"Saya sangat bersyukur dengan tehnis ini, jangan sampai kepala sekolah dan guru mengurus batu bata yang menyebabkan mereka meninggalkan jam mengajar," imbuh Huzaefah.

Dijelaskan Huzaefah, saat ini pihak sekolah hanya bisa mengontrol kualitas pembangunan, dan sudah ada suplayer yang ditunjuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB yang memasok bahan bangunan. 

"Cara ini  maka hasilnya lebih bagus, swakelola oleh kepala sekolah guru atau komite rawan terjadi penyimpangan," ucap Kabag Kesra Setda Lombok Timur ini.

Hal yang sama diungkapkan Kepala Sekolah SMK 3 Selong, pihaknya juga sangat bersyukur pembangunan RKB menggunakan tehnis Swakelola Tipe 1. 

"Tehnis ini sangat bagus, kita hanya tinggal mengontrol dan mengawasi kualitas pembangunan," jelasnya.

Lanjut Rusdin, sekolahnya saat ini menerima lima  proyek pembangunan ruang kelas baru yang bersumber dari DAK Fisik. Pembangunan juga telah  selesai 15 September lalu, tinggal proses serah terima. 

"Kita sangat terbantu, sebelumnya kita kekurangan 4 ruang kelas belajar dan terpaksa memanfaatkan ruang laboratorium sebagai ruang kelas dengan sistem ruang bergerak," pungkasnya.(INTB)

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama